Makanan yang sehat bagi anak ibarat segitiga piramida. Semakin ke atas semakin mengecil. Lapisan paling bawah atau yang paling besar adalah berisi sereal atau karbohidrat. Entah itu roti, jagung, beras, gandum. Lapis kedua di atasnya adalah buah-buahan dan sayuran atau kacang-kacangan. Di atasnya lagi atau lapis ketiga adalah golongan protein dan susu. Bisa daging, telur, atau ikan laut. Sedangkan lapisan paling atas atau yang paling kecil adalah minyak, gula, dan garam.
Rumus klasik Empat Sehat Lima Sempurna juga harus diterapkan untuk memberi variasi di meja makan. Anak harus dibuat bersemangat dengan apa yang disajikan. Untuk itu, orang tua harus kreatif dan peka terhadap selera makan anak. Meski banyak bahan makanan kaya gizi bisa disajikan, tetapi ada prinsip pola makan yang harus diikuti dalam menghidangkan untuk anak ,
“Perhatikan Kebersihan”. Salah satu pintu masuk penyakit adalah makanan yang tak higienis. Pastikan semua makanan dan alat makan telah Anda cuci bersih dan bebas kuman. Khusus bayi, peralatan makanan tak sekedar dicuci tetapi juga disterilisasi. Cara yang paling sederhana adalah mencelup atau merebus peralatan makan dalam air mendidih.
“Perhatikan Selera Anak”. Makanan yang menerbitkan selera bisa dilihat dari bentuk yang menarik dan rasanya yang pas dengan lidah si kecil. Beberapa jenis bumbu yang terlalu keras harus dihindari, seperti cabai dan merica. Sebaliknya, ciptakan bentuk menarik pada bahan makanan tertentu. Bila perlu, menu harus kaya warna. Merah dari wortel atau tomat, hijau dari buncis, kuning dari kentang dan seterusnya. Bedakan pula menu sarapan pagi dengan makan siang agar tak membosankan.
“Berikan Sesuai Porsinya”. Berikan sesuai kapasitas perut anak. Jangan terlalu memaksakan kehendak dengan memberi porsi lebih. Kalau dalam tiga hari berturut-turut anak tak mampu mengahbiskan makannya, lebih baik kurangi porsinya pada hari keempat. Jika ia sanggup menghabiskannya, bisa ditawari untuk menambah.
“Biasakan Jam Makan Teratur”. Biasakan dari kecil untuk menaati jam makan agar perutnya terlatih. Dengan sendirinya ia akan minta makan ketika perutnya lapar. Waktu makan pun mempengaruhi selera si kecil. Misalnya saja, tidak memberi makan saat ia baru saja minum susu atau makan yang manis-manis. (Izma F.)